Seminar Nasional Program Studi Teknologi Pangan FTI UAD Oleh Prof. Takuya Sugahara (Ehime University Japan) dan Dr. Ir. Titiek Farianti Djafar, M.P. (BPTP DIY).
(FTI Press) Di tahun ke dua Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Industri Universitas Ahmad Dahlan (PSTP FTI UAD) berkolaborasi dengan Himpunan Mahasiswa Teknologi Pangan, kolaborasi ini guna menyelenggarakan Seminar Nasional, yang dilaksanakan pada hari Jumat 13 Juli 2018 di Aula Islamic Center UAD Kampus IV. Pada Seminar Nasional tersebut menghadirkan 2 pembicara, yaitu Prof. Takuya Sugahara (Ehime University Japan) dan Dr. Ir. Titiek Farianti Djafar, M.P. (BPTP DIY). Seminar Nasional yang dihadiri para praktisi akademisi, mahasiswa, dan pemangku kebijakan pangan baik dari nasional maupun internasional tersebut, mengambil tema “Pangan Fungsional dan Trend Perkembangannya”. Seminar Nasional dibuka langsung oleh Prof. Sarbiran, Ph.D. (Wakil Rektor IV UAD).
Nararasumber pertama Prof. Takuya Sugahara menyampaikan tentang hasil riset beliau yaitu tentang potensi bengkoang dan umbi Garut sebagai pangan fungsional. beliau menjelaskan hasil penelitian tentang kandungan di dalam 2 bahan tersebut. Umbi garut mengandung karbohidrat dan zat besi lebih tinggi dibandingkan dengan tepung terigu dan beras giling. Sementara itu, kandungan lemaknya paling rendah ketimbang terigu dan beras. Manfaat garut bukan saja digunakan untuk pangan, tetapi juga untuk bahan baku industri. Pati garut dapat digunakan sebagai bahan baku makanan dan minuman, obat-obatan, kimia, kosmetik, tekstil, kertas dan karton.
Sedangkan bengkoang adalah salah satu dari jenis umbi namun memiliki rasa yang berbeda dari umbi yang lain. Bengkoang mengandung air yang cukup banyak yaitu sekitar 80-90% sehingga baik untuk membantu suplai cairan dalam tubuh. Umbi garut bisa meningkatkan sistem imun atau kekebalan pada tubuh manusia, bengkoang juga bisa menekan alergi serbuk bunga di negara Jepang. Menurut beliau, hasil penelitiannya bisa diamati dan ditiru bagi para peneliti untuk di teliti di indonesia. Penelitian Prof.Takuya Sugahara tersebut bersama dengan Ika Dyah Kumalasari, Ph.D. (Kaprodi TP) sewaktu mengambil gelar doktor di Jepang.
Narasumber kedua tentang menggali potensi kerandang sebagai bahan pangan subtitusi kedeelai dan nilai fungsionalnya, hal tersebut disampaikan oleh Dr. Ir. Titiek Farianti Djafar, M.P. Menurut beliau Kerandang (Canavalia virosa) merupakan tanaman legum native tahunan yang hidup dan berkembang secara alami di lahan pasir pantai, mampu mengikat nitrogen dari udara sehingga berpotensi untuk memperbaiki kesuburan tanah. Berdasarkan penelitian bidang Pasca Panen BPTP Yogyakarta pemanfaatan biji kerandang, yang diyakini masyarakat beracun karena kandungan HCN yang tinggi. Usaha untuk mengurangi kandungan HCN telah dilakukan dengan ketepatan proses pengolahan dengan pemecahan kering sehingga biji kerandang tidak terkontaminasi HCN. BPTP Yogyakarta mencoba memanfaatkan biji kerandang ini untuk produk tempe dan tahu.
/(ns)